enalkan dulu namaku wijaya. Aku wiraswasta umurku 34 tahun.
Aku tinggal di salah satu kawasan elit di cibubur. Sudah 2 minggu ini istri dan anakku menengok orang tuanya jadi rumahku sepi. Sering teman-temanku ku ajak nginap di rumah untuk nemeni aku biar ga begitu sepi.
Malam itu seperti biasa aku dan 3 temanku rahmat, anto dan suryo kumpul dirumahku menghabiskan waktu dengan beberapa botol bir hitam yang dioplos dengan vodka dan jus jeruk. Pesta miras kami mulai jam 7 malam. Waktu berlalu tanpa terasa sudah satu krat bir dan tiga botol vodka habis tertenggak.
Kulihat jam tangan, dah jam sepuluh, kebosanan mulai menghinggapi kami.
Si anto akhirnya bilang kita jalan-jalan aja yuk, bosan nih. Kita semua sepakat, kuambil kunci avansa di atas kulkas. Kukeluarkan mobil dari garasi terus kuminta si rahmat yang nyopir. Rahmat berjalan pelan-pelan keluar area perumahan. “mau kemana bos?” tanya rahmat. “ke kota aja mat, Lewat belakang arah jatiasih trus masuk tol aja, nanti kita keluar di pintu sudirman aja” jawabku. “sip bos” ujar rahmat.
Selepas pintu tol kita jalan pelan, muter di semanggi trus masuk sudirman trus lewat monas. Anto dan suryo molor, mungkin karena dah terlalu mabuk. Jam sudah menunjuk jarum 11 malam, jalanan sepi mungkin karena tadi sempat hujan. Sampai harmoni rahmat nanya lagi “ini kemana bos?”. Kujawab “ke kanan aja ke arah senen mat, trus lurus aja ke arah kampung melayu”. Singkat cerita kami lewat kampung melayu trus lewat otista.
Di Otista tiba-tiba rahmat bilang “bos lihat tu ada pemulung tidur di emperan toko, dibawa aja bos”. Sontak aku menoleh ke kiri kulihat ada seorang pemulung atau pengemis aku yang telentang di emperan toko. “stop-stop” kataku ke rahmat. “Turun berdua mat” ujarku. Kami turun berdua mendekati pemulung itu. Aku lihat sekelebatan ada anak kecil sepuluh tahunan lagi pipis di emper toko yang lain. Aku dan rahmat bergegas mendekati pemulung itu. “Mat kau diem aja biar aku yang ngomong”, Rahmat mengangguk.
Pemulung itu terlihat kumal umur sekitar tigapuluhan. Kubangunkan dia, “bu ngapain tidur sini? Mau nyolong ya?” kasar suaraku. Pemulung itu terbangun “ngga kok pak saya ngga nyolong, memang tiap malam saya tidur sini”. “Ah kamu pasti mau nyolong ayo ikut ke kantor” (aku berlagak seperti intel) sambil kutarik paksa tangannya.
“Jangan pak, ampun pak kasihani saya jangan di bawa ke kantor polisi pak” dia memelas. Tahu-tahu anak kecil yang tadi kulihat sedang pipis lari menghampiri. “Pak jangan ditarik ibu saya” anak kecil itu ternyata anak pemulung tadi. sambil menangis dia berusaha menarik ibunya. Rahmat dengan sigap tanpa kuperintah merenggut gadis itu. Dibekap mulutnya biar ga teriak. Pemulung itu kuseret paksa masuk ke mobil.
Kubuka pintu “tok, sur, geser ni ada tangkepan”. Anto dan suryo gelagapan karena masih teler. Mereka geser, pemulung itu aku masukkan paksa ke mobil. Gadis kecilnya juga dimasukkan sama rahmat. Rahmat langsung stater mobil trus cabut. Rahmat jalan kesetanan, dia nanya “dibawa kemana nih bos?”. Kujawab “kerumahmu aja ya suryo, kan rumahmu jauh dari tetangga, ga enak kalo kerumahku, ntar satpamnya pada nanya”. Suryo masih teler ga menjawab Cuma mengacungkan jempol.
Ga sampai 45 menit kami sudah sampai di rumah suryo, rumah suryo di tengah sawah daerah ciangsana jadi jauh dari tetangga. Mobil di parkir di halaman belakang rumah suryo. Pemulung dan anaknya kami seret keluar. “kok disini pak, bukan di kantor polisi?” pemulung itu nanya. “Diam, mau dipenjara kamu ya” kubentak dia. Sampai di dalam rumah pemulung itu kuhempaskan di kursi. “Siapa namamu?”. “Sukinah pak” dia ngomong sambil meringis memegangi tangannya yang sakit karena kutarik tadi. “Ini siapa” sambil kutunjuk anak kecil tadi. “Itu Tini pak, anak saya” kata sukinah.
Kuperhatikan sukinah, kaosnya kumal penuh kotoran, tapi dadanya menonjol besar sekali. Kaosnya robek lumayan besar sehingga gunungan susu menyembul, walaupun hitam tapi tetap bikin ngiler rahmat. Kubisiki rahmat “kalian kerjain aja itu sukinah, oke, anaknya biar aku pegang biar ga teriak. Rahmat mengangguk “sip bos”. Rahmat, anto dan suryo mengerubungi sukinah, sukinah sudah paham apa yang akan terjadi. Dia merapatkan tubuhnya meringkuk. Aku bilang “sukinah kamu harus melayani teman-temanku, kalau tidak mau anakmu yang akan mereka perkosa”. Sukinah melirik cemas ke arah Tini.
Sukinah melelehkan air mata dia tidak meringkuk lagi tapi duduk dengan pasrah. Anto dengan cekatan memegang tangan sukinah, sedang surya dan rahmat sibuk merobek kaos dan rok yang dipakai sukinah. Persis dugaanku, susu sukinah ternyata besar sekali. Rahmat meringis melihatnya. Rahmat dengan cekatan membuka celana. Sambil mengocok-ngocok kontolnya dia mendekati sukinah. “Buka kakimu” bentaknya. Sukinah dengan terpaksa membuka kakinya. Rambut kemaluan sukinah tebal tidak terurus. Tapi rahmat sudah tidak peduli. Dia kangkangkan kaki sukinah, kontolnya yang sudah ngacenga dia arahkan ke memek sukinah.
Hmmmmfffff..... sukinah mengerang ketika ****** rahmat masuk paksa ke memeknya. “peret bos” rahmat bilang sambil meringis. Rahmat bergerak maju mundur makin lama makin kencang. Anto masih memegangi tangan sukinah sedang si anto sibuk menyedot puting sukinah. Sukinah benar2 pasrah matanya terpejam tapi melelehkan air mata. Tidak sampai lima menit tubuh rahmat bergetar. “Ahhhhhhhhhhh.........” rahmat mengerang...... 30 detik dia terdiam. Dia cabut kontolnya pelan-pelan. Sperma rahmat meleleh pelan dari memek sukinah. Rahmat menyeringai puas. Dia tepuk punggung suryo sambil bilang “jatah lu sur”, suryo senyuim kegirangan. ****** suryo dah ngaceng juga dari tadi. Rahmat gantian memegangi tangan, sedang si anto mencopot celananya.
Suryo mengambil taplak meja, dia lap memek sukinah, terus dengan tanpa ampun dia hunjamkah ****** itu ke memek sukinah yang masih belum bersih betul. Anto perlahan mendekati wajah sukinah. Disodorkan ****** anto ke mulut sukinah. Sukinah menggeleng-gelengkan kepala, masih sambil menangis. Merasa sudah konak anto tidak sabar, di tampar mulut sukinah dua kali “plak-plak” “ayo kulum” kata anto sambil menjambak rambut sukinah. Dengan enggan sukinah membuka mulutnya. Anto mulai mengocok kontolnya kenceng-kenceng ke mulut sukinah. Sukinah tetap tidak mau menikmati ****** itu.
Rahmat sudah tidak memegang tangan sukinah karena sambil masukin ****** ke mulut sukinah, anto juga memegang tangannya, rahmat berjalan menuju dapur. Keluar dari dapur rahmat membawa terong tidak begitu besar seukuran ****** rahmat. Posisi sukinah yang mengangkang di kursi membuat dia agak kesulitan sepertinya. Rahmat berbisik ke suryo. Suryo mencabut kontolnya kemudian membalikkan tubuh sukinah. Sukinah memberontak tapi anto cepat menghantamkan kening sukinah ke pinggir kursi, sukinah lemas dan tidak melawan.
Dalam posisi nungging rahmat masukkan terong tadi ke anus sukinah. Berulang kali dia coba tapi gagal, kemudian rahmat masukkan terongnya ke memek sukinah dia kocok-kocok sebentar... terong itu jadi mengkilat karena cairan memek sukinah. Setelah itu dia coba lagi masukkan terong ke anus sukinah... blessss..... “aduh pak sakit kata sukinah”. Rahmat yang sudah kesetanan tidak peduli dia masukkan terus sampai amblas tinggal ujung terong yang kelihatan.
Setelah terong masuk ke anus, rahmat mundur, suryo yang tadi belum puas mengarahkan kontolnya ke memek sukinah yang masih nunggingg. Blesss.... srrrt.... blesss.... ahhhhhh sukinah menjerit kesakitan karena sambil menghajar memek sukinah, suryo juga memainkan terong yang nyangkut di anus sukinah. Sukinah mulai menangis agak kencang... anto jambak rambut sukinah jadi mukanya menghadap ke depan... dia kembali memasukkan kontolnya ke mulut sukinah. Sambil menangis sukinah menerima ****** itu walaupun jelas dia tidak menikmatinya.
Rahmat duduk di kursi yang lain sambil memegang kontolnya yang mulai tegang lagi. Kontolku sendiri sudah sejak tadi ngaceng, tapi aku memang tidak mau main keroyokan. Kulihat si Tini anak sukinah menangis sesenggukan melihat ibunya diperkosa. Aku lihat manis juga anak ini. Tapi dekil sekali, bajunya lusuh dan bau. “Mat” panggilku, rahmat mendekat. “Apa bos?” dia nanya. “kalian uruslah sukinah. Puaskan ****** kalian oke, biar si Tini aku urus”. “Sip Bos” jawabnya. Sukinah rupanya mendengarkan percakapan kami. Dia berontak digigitnya ****** anto, anto terpaksa melepas kontolnya karena kesakitan. Sukinah teriak “jangan pak, ampun pak, biar saya yang ngelayani bapak, kasihan tini pak.... ampun pak ampun”. “Sudah diam” bentakku “ikat mulutnya to” kataku ke anto.Anto buru-buru cari selendang kemudian menyumpal mulut sukinah. “kerjain sukinah sampai kalian puas oke” kataku ke teman-temanku.... mereka Cuma mengangkat jempol. Tak kupedulikan lagi mereka.
Tini kuseret ke kamar mandi, aku sendiri ga suka kalo cewek bau. Setelah masuk kamar mandi dia kusuruh buka baju, dia Cuma menangis di pojokan. Tak sabar kujambak rambutnya kurobek kaos dekilnya dan roknya yang juga lusuh, celana dalamnya yang bolong juga kurobek paksa. Kuambil gayung kusiram dia berkali-kali. Setelah basah kuambil shampoo kukeramas rambutnya. Dia ketakutan sekali, kuambil sabun kemudian kusabuni tubuhnya. Setelah itu kusiram lagi dia sampai bersih. Setelah bersih kelihatan manis anak ini batinku.
Setelah kuhanduki, Tini kuseret ke kamar suryo, aku risih kalau harus barengan dengan teman-teman atau dilihat orang lain. Sepintas kulihat suryo sudah duduk dikursi sedang anto gantian memuaskan kontolnya dengan memek sukinah. Tini masih meronta-ronta, aku sudah tidak peduli, kubanting tini di ranjang kayu suryo yang berkasur tipis. Badan Tini melemah.... tanpa basa basi kubuka selakangan Tini.... hmmmm masih perawan... lubangnya kecil sekali. Tini menggeliat, meronta. Kubilang “kalau kamu meronta ibumu dibunuh sama orang-orang itu”. Tini tidak meronta lagi tapi menangis keras. Kutampar mulutnya “kalau kamu nangis kamu yang aku suruh perkosa orang-orang itu”. Dia masih menangis tapi tidak mengeluarkan suara. Kulepaskan baju dan celanaku yang basah karena memandikan si Tini.
Setelah telanjang, kuhampiri tini, kulihat tubuh mungil itu, dadanya benar-benar masih rata, memeknya belum ada bulunya sama sekali. kubilang “kamu harus nurut, kamu diam saja mengerti”. Tini masih menangis tapi mengangguk pelan. Kubuka selakangan tini. Kontolku yang besar kuarahkan ke memek tini yang rapat. “Wah agak susah ini” pikirku. Tubuh tini menggigil kedinginan. Ujung kontolku kutempelkan ke memek tini. Susah sekali masukin walaupun hanya ujungnya. Sedikit masuk kutarik lagi, mungkin ada sepuluh kali kucoba akhirnya ujung kontolku bisa masuk. Kunikmati memek tini. Ujung kontolku kukocok-kocok makin lama makin kencang.... tini meringis kesakitan. Aku yang dah terlalu birahi tinggi tidak mempedulikan lagi perasaan tini. Setelah semakin kencang, memek tini semakin lebar akhirnya kontolku mulai kutekan pelan tapi mantap ke memek tini. Seret, agak ngilu tapi kupaksakan... blessssssssssssssss.......... aaahhhhhhhhhhhhhhhhh pak..... Tini menjerit kesakitan, badannya terangkat... matanya melotot... kudekap erat dia.... mulutnya kubekap biar ga teriak semakin keras.
Kudiamkan kontolku di memek tini kurang lebih semenit, setelah badan tini tidak mengejang kubaringkan lagi dia. Mukanya basah oleh air matanya. Dengan masih kututup mulutnya, mulai kumainkan kontolku... kutarik srtttt... kumasukkan lagi bless.... tiap kumasukkan kontolku tini mengejang saking sakitnya mungkin. Ada sepuluh kali kuperlakukan gitu, akhirnya kuberanikan untuk mempercepat hunjaman kontolku... srrrrrrppppppppppp aaahhhhhhhhhhh enak banget memek perawan.... tapi tetep saja kontolku tidak amblas ke memek tini hanya separuh batangnya yang masuk. Kurang lebih 20 menit kuhajar memek tini akhirnya kontolku bergetar keras mau memuncratkan sperma, makin kencang kuhunjamkan kontolku, Tini sudah pingsan 5 menit yang lalu. Kontolku sudah benar benar tidak tahan kuhentakkan kontolku kuhunjam masuk seluruh batangnya sambil menyemburkan spermaku... crotttttttt crooooooottttt jjjjjjjjjjrrrrrrrrrrrooooooooooottttttttt... ahhhhh.... kini aku yang menegang..... muncratlah spermaku..... Semenit berikutnya kutarik kontolku... kurebahkan badanku yang basah karena keringat.... kulirik tini masih diam pingsan... pelan2 aku bangkit. Kulihat kontolku kena darah perawan si tini. Aku beranjak menuju kamar mandi kubasuh dan kusabuni senjataku yang perkasa. Setelah bersih aku ke ruang tamu.
Kulihat sukinah sudah tidak karu-karuan kondisinya. Mukanya lebam-lebam mungkin karena dipukuli teman-teman. Badannya lemas telentang di meja dan lagi di genjot rahmat, sementara anto dan surya duduk lemas di kursi. ****** mereka setengah tegang, sperma berceceran di lantai dan kursi, entah berapa kali sukinah mereka hajar. Melihat rahmat genjot sukinah, kontolku mulai berdiri lagi.
Aku bangun dan menuju kamar suryo. Kubuka pintu kamar, kulihat tini sudah siuman, tapi tidak bergerak, melek tapi lemah sekali. Kontolku dah senut-senut bener-bener ga tahan. Kaki tini kubuka lebar. Memek kecil itu membuka dikit. Kuangkat kaki tini memeknya makin kebuka tapi karena masih sepuluh tahun selebar-lebarnya memek tetep terlihat mungil. ****** kuarahkan ke memek tini. Kutekan amblas. Srrrrrrrrtttttttt blesssssssssssssssssss...... seret dan tidak langsung amblas tapi kutekan terus sehingga masuk semuanya. Tini tidak sanggup bersuaram, hanya menggeleng-geleng lemah namun tak sanggup bebuat apa-apa.
Kupermainkan tubuh kecil itu. Kurobek-robek memek mungilnya dengan kontolku yang gede, setengah jam berlalu dan kuhentakkan yang terakhir kalinya sambil kusemprot spermaku di memek tini... crrrrrrrrrooooooooottttttttt... crooooooooooot.. jrooooooooooottttttt..... ahhhhhhhhhhh.... nikmat sekali memek mungil ini.... Tini sudah pingsan dan aku ga tahu dah berapa lama dia pingsan....
Kucabut kontolku dan spermaku kembali meleleh ke kasur... Tini tergolek, aku pun merebahkan diri disampingnya, kulihat tini, kasihan juga gadis kecil ini, tapi mau bagaimana lagi, nafsu sudah memenuhi otakku sehinnga aku tega berbuat keji.
Sepuluh menit berlalu, setelah agak segar aku keluar kamar, kulihat sukinah pingsan di lantai di memeknya kulihat ada sebatang terong, mungkin yang tadi ditusukkan ke anusnya. Rahmat, anto dan surya duduk lemas di kursi sambil asyik menghembuskan rokok. Kulihat jam dinding , ternyata sudah jam 4 pagi. Kupanggil suryo, “ sur, ada baju untuk sukinah dan tini ga, cari aja baju istrimu dan anakmu, sudah pagi ini, cepat pakaiin mereka pakaian, kita buang mereka”. “Ada bos, bentar ya” suryo buru-buru membuka lemari mencari baju-baju bekas istri dan anaknya... “ini bos” suryo membawa satu daster kecil dan besar, juga celana dalam punya istri dan anaknya. “Ya udah pakaiin aja itu si sukinah” sahutku sambil mengambil daster dan celana dalam yang kecil. Rahmat, suryo dan anto buru-buru memakaikan pakaian sukinah, aku sendiri memakaikan pakaian ke tini. Selesai memasang celana dalam dan daster tini aku memakai bajuku yang berserakan di lantai. “hmm... masih basah, tapi biar aja” batinku.
Kubopong tini keluar “ayo buruan kalian angkat sukinah ke mobil” perintahku ke mereka. Tanpa banyak cakap mereka angkat sukinah. Setelah kedua korban kami masukkan mobil, mobil aku stater, aku yang nyetir sendiri. Kuinjak gas dalam-dalam, aku takut kesiangan. Aku arahkan mobil ke jalan raya cibubur, setelah memutar balik di dekat legenda wisata, kembali mobil kubawa kencang ke arah tol, aku ambil tol yang ke arah bogor. Sudah jam 4.30 aku harus buru-buru, di kilometer 23 kulihat jalan sepi, tidak ada lampu mobil menyorot di belakang kami. Buru-buru aku mengerem mobil. Ciiiiieeeettttt. Mobil berhenti, buru-buru rahmat anto dan suryo keluar mobil, sukinah dibopong rahmat dan anto, sedangkan Tini di gendong suryo. Mereka berdua masih pingsan, “ga usah jauh-jauh buangnya, pinggir-pinggir situ aja” kataku ke mereka... tidak sampai 30 detik mereka sudah balik ke mobil, setelah pintu ditutup mobil langsung kubawa lari kayak setan ke arah bogor.
Kulihat dari spion dalam mereka lemas tapi tersungging senyum puas, aku tidak bertanya macam-macam ke mereka karena aku memang tidak suka berdiskusi masalah seks. Di mobil, mereka mulai bercerita seru rasanya menghajar sukinah, aku hanya tersenyum mendengarnya. Kubawa mobil keluar pintu sentul, tapi aku langsung memutar masuk tol lagi yang ke arah jakarta, tidak sampai 30 menit sudah sampai di rumah suryo, kuturunkan mereka dan aku langsung cabut balik ke rumah, sepanjang jalan aku tersenyum mengingat-ingat kekejamanku ke si Tini.
Malam itu seperti biasa aku dan 3 temanku rahmat, anto dan suryo kumpul dirumahku menghabiskan waktu dengan beberapa botol bir hitam yang dioplos dengan vodka dan jus jeruk. Pesta miras kami mulai jam 7 malam. Waktu berlalu tanpa terasa sudah satu krat bir dan tiga botol vodka habis tertenggak.
Kulihat jam tangan, dah jam sepuluh, kebosanan mulai menghinggapi kami.
Si anto akhirnya bilang kita jalan-jalan aja yuk, bosan nih. Kita semua sepakat, kuambil kunci avansa di atas kulkas. Kukeluarkan mobil dari garasi terus kuminta si rahmat yang nyopir. Rahmat berjalan pelan-pelan keluar area perumahan. “mau kemana bos?” tanya rahmat. “ke kota aja mat, Lewat belakang arah jatiasih trus masuk tol aja, nanti kita keluar di pintu sudirman aja” jawabku. “sip bos” ujar rahmat.
Selepas pintu tol kita jalan pelan, muter di semanggi trus masuk sudirman trus lewat monas. Anto dan suryo molor, mungkin karena dah terlalu mabuk. Jam sudah menunjuk jarum 11 malam, jalanan sepi mungkin karena tadi sempat hujan. Sampai harmoni rahmat nanya lagi “ini kemana bos?”. Kujawab “ke kanan aja ke arah senen mat, trus lurus aja ke arah kampung melayu”. Singkat cerita kami lewat kampung melayu trus lewat otista.
Di Otista tiba-tiba rahmat bilang “bos lihat tu ada pemulung tidur di emperan toko, dibawa aja bos”. Sontak aku menoleh ke kiri kulihat ada seorang pemulung atau pengemis aku yang telentang di emperan toko. “stop-stop” kataku ke rahmat. “Turun berdua mat” ujarku. Kami turun berdua mendekati pemulung itu. Aku lihat sekelebatan ada anak kecil sepuluh tahunan lagi pipis di emper toko yang lain. Aku dan rahmat bergegas mendekati pemulung itu. “Mat kau diem aja biar aku yang ngomong”, Rahmat mengangguk.
Pemulung itu terlihat kumal umur sekitar tigapuluhan. Kubangunkan dia, “bu ngapain tidur sini? Mau nyolong ya?” kasar suaraku. Pemulung itu terbangun “ngga kok pak saya ngga nyolong, memang tiap malam saya tidur sini”. “Ah kamu pasti mau nyolong ayo ikut ke kantor” (aku berlagak seperti intel) sambil kutarik paksa tangannya.
“Jangan pak, ampun pak kasihani saya jangan di bawa ke kantor polisi pak” dia memelas. Tahu-tahu anak kecil yang tadi kulihat sedang pipis lari menghampiri. “Pak jangan ditarik ibu saya” anak kecil itu ternyata anak pemulung tadi. sambil menangis dia berusaha menarik ibunya. Rahmat dengan sigap tanpa kuperintah merenggut gadis itu. Dibekap mulutnya biar ga teriak. Pemulung itu kuseret paksa masuk ke mobil.
Kubuka pintu “tok, sur, geser ni ada tangkepan”. Anto dan suryo gelagapan karena masih teler. Mereka geser, pemulung itu aku masukkan paksa ke mobil. Gadis kecilnya juga dimasukkan sama rahmat. Rahmat langsung stater mobil trus cabut. Rahmat jalan kesetanan, dia nanya “dibawa kemana nih bos?”. Kujawab “kerumahmu aja ya suryo, kan rumahmu jauh dari tetangga, ga enak kalo kerumahku, ntar satpamnya pada nanya”. Suryo masih teler ga menjawab Cuma mengacungkan jempol.
Ga sampai 45 menit kami sudah sampai di rumah suryo, rumah suryo di tengah sawah daerah ciangsana jadi jauh dari tetangga. Mobil di parkir di halaman belakang rumah suryo. Pemulung dan anaknya kami seret keluar. “kok disini pak, bukan di kantor polisi?” pemulung itu nanya. “Diam, mau dipenjara kamu ya” kubentak dia. Sampai di dalam rumah pemulung itu kuhempaskan di kursi. “Siapa namamu?”. “Sukinah pak” dia ngomong sambil meringis memegangi tangannya yang sakit karena kutarik tadi. “Ini siapa” sambil kutunjuk anak kecil tadi. “Itu Tini pak, anak saya” kata sukinah.
Kuperhatikan sukinah, kaosnya kumal penuh kotoran, tapi dadanya menonjol besar sekali. Kaosnya robek lumayan besar sehingga gunungan susu menyembul, walaupun hitam tapi tetap bikin ngiler rahmat. Kubisiki rahmat “kalian kerjain aja itu sukinah, oke, anaknya biar aku pegang biar ga teriak. Rahmat mengangguk “sip bos”. Rahmat, anto dan suryo mengerubungi sukinah, sukinah sudah paham apa yang akan terjadi. Dia merapatkan tubuhnya meringkuk. Aku bilang “sukinah kamu harus melayani teman-temanku, kalau tidak mau anakmu yang akan mereka perkosa”. Sukinah melirik cemas ke arah Tini.
Sukinah melelehkan air mata dia tidak meringkuk lagi tapi duduk dengan pasrah. Anto dengan cekatan memegang tangan sukinah, sedang surya dan rahmat sibuk merobek kaos dan rok yang dipakai sukinah. Persis dugaanku, susu sukinah ternyata besar sekali. Rahmat meringis melihatnya. Rahmat dengan cekatan membuka celana. Sambil mengocok-ngocok kontolnya dia mendekati sukinah. “Buka kakimu” bentaknya. Sukinah dengan terpaksa membuka kakinya. Rambut kemaluan sukinah tebal tidak terurus. Tapi rahmat sudah tidak peduli. Dia kangkangkan kaki sukinah, kontolnya yang sudah ngacenga dia arahkan ke memek sukinah.
Hmmmmfffff..... sukinah mengerang ketika ****** rahmat masuk paksa ke memeknya. “peret bos” rahmat bilang sambil meringis. Rahmat bergerak maju mundur makin lama makin kencang. Anto masih memegangi tangan sukinah sedang si anto sibuk menyedot puting sukinah. Sukinah benar2 pasrah matanya terpejam tapi melelehkan air mata. Tidak sampai lima menit tubuh rahmat bergetar. “Ahhhhhhhhhhh.........” rahmat mengerang...... 30 detik dia terdiam. Dia cabut kontolnya pelan-pelan. Sperma rahmat meleleh pelan dari memek sukinah. Rahmat menyeringai puas. Dia tepuk punggung suryo sambil bilang “jatah lu sur”, suryo senyuim kegirangan. ****** suryo dah ngaceng juga dari tadi. Rahmat gantian memegangi tangan, sedang si anto mencopot celananya.
Suryo mengambil taplak meja, dia lap memek sukinah, terus dengan tanpa ampun dia hunjamkah ****** itu ke memek sukinah yang masih belum bersih betul. Anto perlahan mendekati wajah sukinah. Disodorkan ****** anto ke mulut sukinah. Sukinah menggeleng-gelengkan kepala, masih sambil menangis. Merasa sudah konak anto tidak sabar, di tampar mulut sukinah dua kali “plak-plak” “ayo kulum” kata anto sambil menjambak rambut sukinah. Dengan enggan sukinah membuka mulutnya. Anto mulai mengocok kontolnya kenceng-kenceng ke mulut sukinah. Sukinah tetap tidak mau menikmati ****** itu.
Rahmat sudah tidak memegang tangan sukinah karena sambil masukin ****** ke mulut sukinah, anto juga memegang tangannya, rahmat berjalan menuju dapur. Keluar dari dapur rahmat membawa terong tidak begitu besar seukuran ****** rahmat. Posisi sukinah yang mengangkang di kursi membuat dia agak kesulitan sepertinya. Rahmat berbisik ke suryo. Suryo mencabut kontolnya kemudian membalikkan tubuh sukinah. Sukinah memberontak tapi anto cepat menghantamkan kening sukinah ke pinggir kursi, sukinah lemas dan tidak melawan.
Dalam posisi nungging rahmat masukkan terong tadi ke anus sukinah. Berulang kali dia coba tapi gagal, kemudian rahmat masukkan terongnya ke memek sukinah dia kocok-kocok sebentar... terong itu jadi mengkilat karena cairan memek sukinah. Setelah itu dia coba lagi masukkan terong ke anus sukinah... blessss..... “aduh pak sakit kata sukinah”. Rahmat yang sudah kesetanan tidak peduli dia masukkan terus sampai amblas tinggal ujung terong yang kelihatan.
Setelah terong masuk ke anus, rahmat mundur, suryo yang tadi belum puas mengarahkan kontolnya ke memek sukinah yang masih nunggingg. Blesss.... srrrt.... blesss.... ahhhhhh sukinah menjerit kesakitan karena sambil menghajar memek sukinah, suryo juga memainkan terong yang nyangkut di anus sukinah. Sukinah mulai menangis agak kencang... anto jambak rambut sukinah jadi mukanya menghadap ke depan... dia kembali memasukkan kontolnya ke mulut sukinah. Sambil menangis sukinah menerima ****** itu walaupun jelas dia tidak menikmatinya.
Rahmat duduk di kursi yang lain sambil memegang kontolnya yang mulai tegang lagi. Kontolku sendiri sudah sejak tadi ngaceng, tapi aku memang tidak mau main keroyokan. Kulihat si Tini anak sukinah menangis sesenggukan melihat ibunya diperkosa. Aku lihat manis juga anak ini. Tapi dekil sekali, bajunya lusuh dan bau. “Mat” panggilku, rahmat mendekat. “Apa bos?” dia nanya. “kalian uruslah sukinah. Puaskan ****** kalian oke, biar si Tini aku urus”. “Sip Bos” jawabnya. Sukinah rupanya mendengarkan percakapan kami. Dia berontak digigitnya ****** anto, anto terpaksa melepas kontolnya karena kesakitan. Sukinah teriak “jangan pak, ampun pak, biar saya yang ngelayani bapak, kasihan tini pak.... ampun pak ampun”. “Sudah diam” bentakku “ikat mulutnya to” kataku ke anto.Anto buru-buru cari selendang kemudian menyumpal mulut sukinah. “kerjain sukinah sampai kalian puas oke” kataku ke teman-temanku.... mereka Cuma mengangkat jempol. Tak kupedulikan lagi mereka.
Tini kuseret ke kamar mandi, aku sendiri ga suka kalo cewek bau. Setelah masuk kamar mandi dia kusuruh buka baju, dia Cuma menangis di pojokan. Tak sabar kujambak rambutnya kurobek kaos dekilnya dan roknya yang juga lusuh, celana dalamnya yang bolong juga kurobek paksa. Kuambil gayung kusiram dia berkali-kali. Setelah basah kuambil shampoo kukeramas rambutnya. Dia ketakutan sekali, kuambil sabun kemudian kusabuni tubuhnya. Setelah itu kusiram lagi dia sampai bersih. Setelah bersih kelihatan manis anak ini batinku.
Setelah kuhanduki, Tini kuseret ke kamar suryo, aku risih kalau harus barengan dengan teman-teman atau dilihat orang lain. Sepintas kulihat suryo sudah duduk dikursi sedang anto gantian memuaskan kontolnya dengan memek sukinah. Tini masih meronta-ronta, aku sudah tidak peduli, kubanting tini di ranjang kayu suryo yang berkasur tipis. Badan Tini melemah.... tanpa basa basi kubuka selakangan Tini.... hmmmm masih perawan... lubangnya kecil sekali. Tini menggeliat, meronta. Kubilang “kalau kamu meronta ibumu dibunuh sama orang-orang itu”. Tini tidak meronta lagi tapi menangis keras. Kutampar mulutnya “kalau kamu nangis kamu yang aku suruh perkosa orang-orang itu”. Dia masih menangis tapi tidak mengeluarkan suara. Kulepaskan baju dan celanaku yang basah karena memandikan si Tini.
Setelah telanjang, kuhampiri tini, kulihat tubuh mungil itu, dadanya benar-benar masih rata, memeknya belum ada bulunya sama sekali. kubilang “kamu harus nurut, kamu diam saja mengerti”. Tini masih menangis tapi mengangguk pelan. Kubuka selakangan tini. Kontolku yang besar kuarahkan ke memek tini yang rapat. “Wah agak susah ini” pikirku. Tubuh tini menggigil kedinginan. Ujung kontolku kutempelkan ke memek tini. Susah sekali masukin walaupun hanya ujungnya. Sedikit masuk kutarik lagi, mungkin ada sepuluh kali kucoba akhirnya ujung kontolku bisa masuk. Kunikmati memek tini. Ujung kontolku kukocok-kocok makin lama makin kencang.... tini meringis kesakitan. Aku yang dah terlalu birahi tinggi tidak mempedulikan lagi perasaan tini. Setelah semakin kencang, memek tini semakin lebar akhirnya kontolku mulai kutekan pelan tapi mantap ke memek tini. Seret, agak ngilu tapi kupaksakan... blessssssssssssssss.......... aaahhhhhhhhhhhhhhhhh pak..... Tini menjerit kesakitan, badannya terangkat... matanya melotot... kudekap erat dia.... mulutnya kubekap biar ga teriak semakin keras.
Kudiamkan kontolku di memek tini kurang lebih semenit, setelah badan tini tidak mengejang kubaringkan lagi dia. Mukanya basah oleh air matanya. Dengan masih kututup mulutnya, mulai kumainkan kontolku... kutarik srtttt... kumasukkan lagi bless.... tiap kumasukkan kontolku tini mengejang saking sakitnya mungkin. Ada sepuluh kali kuperlakukan gitu, akhirnya kuberanikan untuk mempercepat hunjaman kontolku... srrrrrrppppppppppp aaahhhhhhhhhhh enak banget memek perawan.... tapi tetep saja kontolku tidak amblas ke memek tini hanya separuh batangnya yang masuk. Kurang lebih 20 menit kuhajar memek tini akhirnya kontolku bergetar keras mau memuncratkan sperma, makin kencang kuhunjamkan kontolku, Tini sudah pingsan 5 menit yang lalu. Kontolku sudah benar benar tidak tahan kuhentakkan kontolku kuhunjam masuk seluruh batangnya sambil menyemburkan spermaku... crotttttttt crooooooottttt jjjjjjjjjjrrrrrrrrrrrooooooooooottttttttt... ahhhhh.... kini aku yang menegang..... muncratlah spermaku..... Semenit berikutnya kutarik kontolku... kurebahkan badanku yang basah karena keringat.... kulirik tini masih diam pingsan... pelan2 aku bangkit. Kulihat kontolku kena darah perawan si tini. Aku beranjak menuju kamar mandi kubasuh dan kusabuni senjataku yang perkasa. Setelah bersih aku ke ruang tamu.
Kulihat sukinah sudah tidak karu-karuan kondisinya. Mukanya lebam-lebam mungkin karena dipukuli teman-teman. Badannya lemas telentang di meja dan lagi di genjot rahmat, sementara anto dan surya duduk lemas di kursi. ****** mereka setengah tegang, sperma berceceran di lantai dan kursi, entah berapa kali sukinah mereka hajar. Melihat rahmat genjot sukinah, kontolku mulai berdiri lagi.
Aku bangun dan menuju kamar suryo. Kubuka pintu kamar, kulihat tini sudah siuman, tapi tidak bergerak, melek tapi lemah sekali. Kontolku dah senut-senut bener-bener ga tahan. Kaki tini kubuka lebar. Memek kecil itu membuka dikit. Kuangkat kaki tini memeknya makin kebuka tapi karena masih sepuluh tahun selebar-lebarnya memek tetep terlihat mungil. ****** kuarahkan ke memek tini. Kutekan amblas. Srrrrrrrrtttttttt blesssssssssssssssssss...... seret dan tidak langsung amblas tapi kutekan terus sehingga masuk semuanya. Tini tidak sanggup bersuaram, hanya menggeleng-geleng lemah namun tak sanggup bebuat apa-apa.
Kupermainkan tubuh kecil itu. Kurobek-robek memek mungilnya dengan kontolku yang gede, setengah jam berlalu dan kuhentakkan yang terakhir kalinya sambil kusemprot spermaku di memek tini... crrrrrrrrrooooooooottttttttt... crooooooooooot.. jrooooooooooottttttt..... ahhhhhhhhhhh.... nikmat sekali memek mungil ini.... Tini sudah pingsan dan aku ga tahu dah berapa lama dia pingsan....
Kucabut kontolku dan spermaku kembali meleleh ke kasur... Tini tergolek, aku pun merebahkan diri disampingnya, kulihat tini, kasihan juga gadis kecil ini, tapi mau bagaimana lagi, nafsu sudah memenuhi otakku sehinnga aku tega berbuat keji.
Sepuluh menit berlalu, setelah agak segar aku keluar kamar, kulihat sukinah pingsan di lantai di memeknya kulihat ada sebatang terong, mungkin yang tadi ditusukkan ke anusnya. Rahmat, anto dan surya duduk lemas di kursi sambil asyik menghembuskan rokok. Kulihat jam dinding , ternyata sudah jam 4 pagi. Kupanggil suryo, “ sur, ada baju untuk sukinah dan tini ga, cari aja baju istrimu dan anakmu, sudah pagi ini, cepat pakaiin mereka pakaian, kita buang mereka”. “Ada bos, bentar ya” suryo buru-buru membuka lemari mencari baju-baju bekas istri dan anaknya... “ini bos” suryo membawa satu daster kecil dan besar, juga celana dalam punya istri dan anaknya. “Ya udah pakaiin aja itu si sukinah” sahutku sambil mengambil daster dan celana dalam yang kecil. Rahmat, suryo dan anto buru-buru memakaikan pakaian sukinah, aku sendiri memakaikan pakaian ke tini. Selesai memasang celana dalam dan daster tini aku memakai bajuku yang berserakan di lantai. “hmm... masih basah, tapi biar aja” batinku.
Kubopong tini keluar “ayo buruan kalian angkat sukinah ke mobil” perintahku ke mereka. Tanpa banyak cakap mereka angkat sukinah. Setelah kedua korban kami masukkan mobil, mobil aku stater, aku yang nyetir sendiri. Kuinjak gas dalam-dalam, aku takut kesiangan. Aku arahkan mobil ke jalan raya cibubur, setelah memutar balik di dekat legenda wisata, kembali mobil kubawa kencang ke arah tol, aku ambil tol yang ke arah bogor. Sudah jam 4.30 aku harus buru-buru, di kilometer 23 kulihat jalan sepi, tidak ada lampu mobil menyorot di belakang kami. Buru-buru aku mengerem mobil. Ciiiiieeeettttt. Mobil berhenti, buru-buru rahmat anto dan suryo keluar mobil, sukinah dibopong rahmat dan anto, sedangkan Tini di gendong suryo. Mereka berdua masih pingsan, “ga usah jauh-jauh buangnya, pinggir-pinggir situ aja” kataku ke mereka... tidak sampai 30 detik mereka sudah balik ke mobil, setelah pintu ditutup mobil langsung kubawa lari kayak setan ke arah bogor.
Kulihat dari spion dalam mereka lemas tapi tersungging senyum puas, aku tidak bertanya macam-macam ke mereka karena aku memang tidak suka berdiskusi masalah seks. Di mobil, mereka mulai bercerita seru rasanya menghajar sukinah, aku hanya tersenyum mendengarnya. Kubawa mobil keluar pintu sentul, tapi aku langsung memutar masuk tol lagi yang ke arah jakarta, tidak sampai 30 menit sudah sampai di rumah suryo, kuturunkan mereka dan aku langsung cabut balik ke rumah, sepanjang jalan aku tersenyum mengingat-ingat kekejamanku ke si Tini.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar